Tuesday 21 April 2015

Cinta Tak Dewasa(The True History)


Postingan kali ini titipan dari seorang teman di kelas jurnalistik dulu :D setelah menulis ini mungkin dia sudah memiliki cinta dewasa.. ^^
Cinta Tak Dewasa
(The True History)

"Aku Rela Melepasmu Asal Kamu Bahagia", sebuah kata yang dulu menurutku sangat bullshit, sebuah kata yang tak masuk akal dan tak harus keluar dari mulut mereka yang sedang berasmara, mereka yang sedang bercinta, dan mereka yang sedang berkasih sayang, dan aku pun tidak pernah mempercayakan hal itu hingga usiaku menginjak 25 tahun. Seingatku, hingga penghujung tahun 2011 aku tidak pernah mempercayakan kata-kata itu.
Oh ya lupa, sebelum melanjutkan tulisan, ada baiknya aku aku ceritakan siapa diriku.
Aku berasal dari sebuah kampung yang terletak tepat di depan Selat Melaka. Lahir pada tahun 1986 tepatnya di Bulan Maret. Tak banyak yang istimewa yang bisa kuceritakan dalam tulisan ini. Tapi setidaknya pengalaman 'Cintaku' mungkin bisa diambil sedikit hikmahnya agar pecinta masa depan tak melakukan hal-hal konyol yang buat si Doi mekin enek sama kita. =)
Oke kembali pada jalur, kembali pada benang merah.
Aku tak mempercayakan kata-kata "Aku Rela Melepasmu Asal Kamu Bahagia" karena dulu menurutku siapapun pecinta itu pasti tidak rela melepaskan orang yang disayangnya. Dengan keyakinan bahwa bersama kita si Doi akan selalu bahagia, karena kita lah orang yang paling berniat untuk membahagiakannya (menurut perasaan di diri kita sendiri). Tapi, sebenarnya itu jauh di luar dugaan. Tidak semua pasangan itu selalu bahagia. Ada saat-saat tertentu dimana si Doi merasa jenuh dan berada di alam nyata. (Maksudnya, waktu pedekate, memang melakukan apapun yang bisa kita lakukan untuk merebut hati si Doi/ kita sebenarnya bersandiriwara. Kita menjadi pribadi yang sebenarnya bukan kita. Tapi ketika sudah dapat di situlah baru muncul siapa sebenarnya kita ini).

Masuk ke pengalaman pribadi/ True History lah kira-kira, sekitar pertengahan tahun 2006, aku hijrah ke Ibukota Provinsi, Riau tepatnya di Pekanbaru. Aku ingin melanjutkan pendidikan di Kota Bertuah itu. Benar saja, langkahku sedikit mulus, mungkin karena ada niat tulus, akhirnya tahun 2007 aku masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri di Pekanbaru. Ini awal ceritaku.
Singkat cerita, tahun 2007 itu aku langsung bekerja sebagai operator di salah satu warnet daerah Harapanraya. Aku bekerja karena ingin membiayakan kuliahku sendiri. Aku tak ingin kuliahku menyusahkan orang tua, karena aku sadar betul bahwa keluargaku tidak kaya. Mereka hidup sederhana, dengan kondisi seadanya. Aku faham betul akan itu. Aku lelaki, aku harus bisa mandiri dan menyelesai kuliahku ini.
Seiring perjalanan waktu, sekitar tahun 2008 (kalau tak salah) aku kenal seorang siswi salah satu SMK di Pekanbaru. Memang selaku operator (Op) warnet, membantu itu hal biasa dan harus dilakukan. Begitu pula yang ku lakukan, pada siswi SMK itu. Aku membantu nya saat Ia bermain di warnet, dan akhirnya kita saling berkenalan.
Sempat hilang kontak, akhirnya tahun 2009 saat aku melihat-lihat no hp di Handphone bututku (karena waktu itu hp memang hanya untuk SMS dan Telponan, tidak ada aplikasi menarik lainnya seperti yang ditawarkan smartphone dan android seperti sekarang ini), aku melihat ada No Hp siswi SMK yang kemarin sempat kenalan denganku. Aku pun menghubunginya. Yes, No Hp nya aktif. Aku sempat menanyakan kabarkanya, dan waktu itu kami tidak bisa ngobrol banyak karena si Doi sedang makan bersama teman-temannya.
Namun, sebelum menutup teleponnya, si Doi sempat ku tawarkan agar kembali datang ke warnet untuk sekedar menjalin silaturrahim.

Mulai itu pula, si Doi kembali sering ke warnet (mungkin karena Op nya ramah dan mudah akrab, hehehe...). Rupanya, setelah sering dekat dan ngobrol, ada chemistry diantara kami. Pertengahan tahun 2009, bulan Mei kalau tak salah, aku memberanikan diri 'Nembak' si Doi. Tembakannya pas, ibarat menghunus pedang, tepat dijantungnya. Si Doi tidak bisa berbuat apa-apa lagi, Doi takluk, Doi tidak membutuhkan waktu untuk berfikir akhirnya aku diterimanya menjadi kekasih hati. Terjalinlah hubungan antara Mahasiswa dengan Siswi.
Waktu masa-masa awal pacaran (Cinta Tak Dewasa) ini, aku begitu menikmatinya. Aku menganggap si Doi 'Engkaulah Bulan, Engkaulau Bintang', si Doi juga menganggapku sama. Kami saling cinta, kami saling sayang, kami saling perhatian, dan kami saling berhayal. Hari-hari terasa indah, dan aku berjanji di dalam hatiku tidak akan melepaskan si Doi walau apapun yang terjadi. Aku tidak lagi tertarik sama puluhan perempuan berjilbab se angkatanku, aku tak lagi tertarik sama ratusan perempuan di Fakultas ku, aku tak juga tertarik pada ribuan perempuan berjilbab di Kampus tempatku menuntut ilmu. Ya, fikiranku hanya pada siswi SMK itu saja.
Hari-hari berjalan sangat indah. Rasa memilikiku semakin hari semakin besar. Apapun yang ingin dilakukan si Doi, kebanyakan aku ingin tahu. Si Doi harus melaporkan ini itu kepadaku. Begitu juga sebaliknya. Si Doi ingin tahu banyak apa saja aktivitas ku di luar sana dan aktivitas dalam pekerjaan.
Masuk tahun 2010. Si Doi tamat sekolah (tapi tak melanjutkan ke kuliah). Si Doi memilih bekerja dan diterima sebagai SPG di salah satu usaha yang mengatasnamakan cahaya dan panas (penerang bumi) entah Mentari entah Matahati nama usahanya. Ada di setiap Mall di Pekanbaru, menjual berbagai merk pakaian ternama, peralatan elektronik dan makanan, intinya menjual sandang dan pangan.
Awal-awal Doi bekerja tidak ada yang berubah. Lama kelamaan keanehan muncul, dan seringkali memicu pertikaian. Itu terjadi sekitar tahun 2011, aku lupa tepat pada bulan apa. Sudah lama soalnya :) . Apa yang dulu sering menjadi candaan, tidak lagi berarti ketika diulangi. Rasa yang dulu 'Full' lama kelamaan hampa, tatkala pertengkaran kerapkali terjadi. Ya, terasa banget si Doi mulai berubah. Namun waktu itu, yang terfikirkan dibenakku adalah mempertahankan hubungan, apapun yang terjadi. Rasa memiliki begitu besar, aku tak mau kehilangannya.

Hal-hal aneh mulai terasa. Doi semakin protektif tentang keperibadiannya. Hp yang dulu bebas ku utak atik kini tak lagi bisa dilakukan. Hp nya ada Password. SMS masuk tak lagi dibaca bersama, tapi hanya Doi yang bisa membaca. Terkadang Hp nya disetting hanya getar, jadi jarang sekali aku tahu ada SMS masuk di Hp si Doi, meski kami sedang berdua. Ok, no what-what (tak apa-apa) lah.
Pernah sekali, kecurigaan semakin memuncak ketika kami sedang Nge-net bersama, Hp Doi bergetar tanda ada SMS. Aku ingin seperti dulu lagi, melihat isi SMS itu. Si Doi tidak mau dan marah ketika ku ingin melihat SMS itu. Sampai-sampai Doi membanting Hp Nopia miliknya yang waktu itu harganya jutaan rupiah. Berkecailah Hp itu dihadapanku.
Puncaknya bulan November 2011. Dengan segala upaya mempertahankan hubungan itu, tetap tidak bisa. Allah berkata lain. Hubungan kami kandas. Putus...Akupun Galau. Galaaaaaaaaaaaaaaaaaauu...iya galau segalau-galaunya, karena aku masih belum ikhlas. Si Doi rupanya telah bersama laki-laki yang dikenalnya saat bekerja di Matahati...sampai hati si Doi, Hiks..hiks..
Pasca putus, tiap hari aku melihat FB nya, melihat apa status terakhirnya, melihat ada atau tidak Doi yang kini jadi mantanku mengupload foto mesra bersama pacar barunya. Kalau tidak ada, aku tenang. Tapi kalau ada, aku kecewa dan tak terima. Karena setelah putus pun aku belum bisa ikhlas, rasa ku ingin memiliki Doi masih kuat, secara Doi lumayan manis..hehe
Galau itu terjadi berbulan-bulan. Doi jarang sekali SMS ku, apalagi menelepon ku. Bisa jadi obat, andai Doi menelepon duluan.
Aku mencari cara, agar tetap ada SMS dari Doi. Sampai-sampai, kami berantem lagi (setelah putus), aku tidak peduli. Yang jelas bagiku waktu itu, ada SMS dari Doi di Hp ku. Aku senang walau berantem...
Seiring waktu berjalan, lama kelamaan, aku telah terbiasa sendiri. Rasa galau ku lama kelamaan terkikis. Aku lebih cuek dengan keadaan. Aku tak lagi mengejar-ngejar Doi, karena ku sadar bahwa kalau memang sayang pasti saling mempertahankan dan tidak akan putus. Ya, menurutku putus itu adalah ungkapan pacar yang sudah tidak sayang, sudah tidak nyaman bersama kita, lalu diaplikasikan dalam bentuk perbuatan nyata.
Aku lebih memilih menekuni kerjaanku sebagai kuli tinta, kuli informasi di Pekanbaru.
Lama kelamaan, setelah putus, kami masih sering berkomunikasi. Meski ada peluang untuk balikan 'CLBK', aku tidak bisa melakukannya. Aku paling benci yang namanya balikan. Kalau hanya berteman bisa saja, aku bisa. Tapi untuk pacaran setelah putus itu sesuatu yang menjijikkan menurutku. (Sebab, cewek tidak satu di dunia ini :D)
Oh ya, waktu putus, selain ada orang ketiga, juga didasari atas tidak bisanya keluarga Doi menerimaku waktu itu. Mungkin menurut orang tuanya Op warnet hidupnya tidak jelas. Dengan gaji di bawah Rp1 juta perbulan tentu akan berat jika menghidupi anak gadisnya, makanya mereka menolak habis-habisan, ditambah lagi aku hanya perantauan. Sedihnya....
Balik lagi ke satu enjel cerita 'KENAPA BISA HILANG GALAU ITU'. Ya singkat saja, waktu itu aku sadar, aku sudah mulai ikhlas pada takdir. Aku ikhlas Doi sama siapa saja, yang jelas Doi bahagia. Aku tidak lagi mengekangi, aku tidak lagi ingin tahu tentang Doi, aku tak lagi mau menghubungi Doi apalagi harus didahului dengan berantem, aku menyerahkan semuanya pada takdir. Aku ikhlas Doi sama siapa saja, asal dia bahagia. Karena menurutku, itulah pengorbanan terakhirku pada orang yang pernah aku cintai, ya memberikan kebebasannya untuk memilih siapa yang menurutnya terbaik. Aku mulai dewasa dalam hal asmara, seiring juga dengan usia ku yang sudah menginjak 25 tahun waktu tahun 2011 itu.
Aku mulai menyimpulkan bahwa rasa takut kehilangan, dan tidak percaya pada kata "Aku Rela Melepasmu Asal Kamu Bahagia" adalah perasaan dimana kita belum dewasa.
Aku mulai sadar bahwa benar adanya tentang kata "Aku Rela Melepasmu Asal Kamu Bahagia". Kalau sekarang ada orang yang tidak bisa terima kata-kata "Aku Rela Melepasmu Asal Kamu Bahagia", aku hanya bisa tersenyum dan berkata di dalam hati bahwa semoga secepatnya mereka dewasa, dan akan menjadi pribadi sepertiku yang siap melepas galau dalam waktu yang singkat (pasca putus atau berpisah) hehehe...
Kami putus, aku bisa terima. Lama kelamaan tali silaturrahim itu kembali tersambung. Kita masih bisa berkomunikasi, berteman baik dan bisa berbagi cerita tapi tidak untuk bersama.

Sedikit pesan, bagi pecinta yang belum dewasa, janganlah kamu nekat melakukan apa saja untuk mempertahankan Doi agar Doi tetap bersama kita. Jangan melakukan hal-hal bodoh yang bisa membuat Doi semakin 'Enek' dan hilang rasa. Mungkin di fikiran pecinta yang belum dewasa, apapun yang dilakukan itu adalah wujud dari rasa tidak ingin kehilangan Doi, itu wujud dari pengorbanan dan usaha yang serius untuk membuktikan sama Doi bahwa kita adalah yang terbaik. Tidak bisa begitu, helooooo....Doi punya rasa, doi punya alat indera yang berfungsi, Doi punya otak dan hati, Doi bisa menilai sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan sampai apa yang kita inginkan (selalu bersama) berbalik menjadi apa yang paling kita takuti (berpisah jua akhirnya).
Kita cukup berusaha menjadi yang terbaik. Memantapkan diri untuk menjadi imam dan pemimpin di rumah tangga. Kita harus berdoa meminta Sang Khaliq memberikan jalan yang mulus, mempermudahkan niat kita ingin bersama Doi tadi. Kalau memang jodoh, takkan lari gunung dikejar. Apapun yang terjadi, pasti bersama. Sebab, tidak mungkin tulang rusuk itu tertukar sama pemiliknya. Berusahalah menjadi yang terbaik demi sebuah nama yang tertulis di Lauhul Mahfudz. Mulai saat ini dewasalah.

Dimanapun pembaca berada, mungkin pengalaman ini bisa diambil hikmahnya. Kalau memang kita sudah sama-sama yakin dan siap mengarungi bahtera rumah tangga, langsung tanamkan niat dan nikahilah perempuanmu. Jangan ditunda-tunda niat yang baik, jangan hanya pacaran karena Islam tidak mengenal istilah pacaran (katanya sih) Hehehe...Kalau memang ada kesempatan bersama, sayangilah Doi, karena Doi adalah orang yang paling disayangi di keluarganya, jangan disakiti. Berbuat hal yang konyol terkadang menyiksa Doi.
Referensi Film : Nontonlah film Kiamat Sudah dekat yang dibintai Andre Taulany (Eks Vokalis Stinky) belajar Ilmu Ikhlas. Haaaaaaa

0 comments:

Post a Comment