Monday 14 November 2016

Tulisan untuk mama :)

Kembali membuka blog yang sudah ribuan abad tak diisi. Bukan karena apa, tapi tulisan terakhir membuat saya enggan untuk membaca dan mengisi, karena tulisan terakhir seperti sebuah album buruk yang menyayat luka.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bukan sebuah perpisahan yang aku sesali, tapi pertemuan yang aku sayangi. Pertemuan yang  begitu singkat (rasanya). Baru 25 tahun usia ku, 25 tahun 1 bulan. Saat cita dan cinta bersemi dihati, saat mengenal arti bakti karena jarak. Saat baru mengenal arti budi, baru ingin membalas budi. Hari itu, genap lebih sebulan usia ku, saat aku dengar kabar ia terkulai lemah tak berdaya, tak mampu apa. hanya sekedar cita ingin bersua walau hanya lewat suara. Siang itu baru saja aku teringat untuk menelponnya, belum lewat lagi hari, aku yang ditelpon dengan kabar, "mama masuk rumah sakit".

Pikiran ku kemana-mana, teringat ingin mu baju indah berharga mahal yang aku janji akan belikan, nanti, teringat ingin mu mempunyai mukena cantik yang aku belum belikan. Teringat cita mu, angan mu menggunakan gaun cantik di hari istimewa ku nantinya. Konsep hari spesial ku sudah terbayang oleh mu. Ingatkan diri mu yang belum pernah sekalipun mengunjungi ku di tanah rantau, padahal kuat ingin mu bertemu gadis mu yang kini berusaha mandiri di perantauan. Ingatkan semua bahagia mu mendengar aku menyelesaikan studi ku, meraih gelar sarjana bahkan mendapat predikat terbaik. Bahkan masih teringat bahagia mu saat mendengar aku lulus tes penerimaan pegawai negeri tanpa sepeser bayaran apapun. Ku lihat bahagia mu, seakan peluh mu menggantarkan ku menjadi sarjana terbayar ketika membayangkan "masa depan nyaman" anak mu kelak. Tak pelak kau sebar berita bahagia itu hingga ke nenek di kampung halaman, meski banyak rintangan dan ujian yang harus kita lewati di awal-awal aku menjadi pegawai negeri.


26 Februari 2016.

Kaki ku seakan tak memijak bumi, lemaaaah.. lemaah rasanya, melihat tak ada kemajuan dari kondisi mu, besar harapan ku, kita masih bersua, engkau masih melihat ku hadir menjenguk mu, besar harapan ku, kau dengar aku datang memangil mu, menyatakan cinta ku pada mu. tapi tak sekedip pun kau tatap aku, lenguh mu yang sesekali terdengar, ahh.. mendengar lenguh dan melihat gerak mu saja membuat aku memiliki harapan bahwa kita masih akan bersama mengukir tawa juga bahagia. Menyelesaikan misi-misi kita, menuntaskan janji-janji kita. Tapi janji mu pada Rabb mu lebih dahulu.
Siang itu, sayup terdengar tilawah murottal dari masjid terbesar di kota ini, lalu lalang dan riuh rendah kendaraan dan manusia diluar sana mengejar jumat masih terasa. Di sini, disudut kamar ini, kepanikan kami pun tak kalah riuh rendahnya dari keramaian di luar sana. Bacaan Surah Yaasin yang terus mengalir, kalimah tauhid yang terus di eja-kan, dokter dan perawat yang hilir mudik, membawa suntikan, mengecek oksigen, menggerakkan alat yang katanya pacu jantung. Kecoh. Berpacu pada waktu.
Tangisku tak dapat aku bendung, untuk sesaat Aku menolak takdir. menolak takdir kepergian mama yang begitu cepaat. Baru  25 tahun kebersamaan kita, belum banyak hal yang bisa aku beri, namun engkau berlalu dengan senyum mu, seakan berkata "Nak, waktu ku telah tiba, maka nya jadilah gadis ku yang luar biasa.

Mama, hari itu, 26 februari, kau pergi menemui Rabb mu, memenuhi perjanjian manusia ketika di tiupkan ruh. Aku masih menangis, bukan lagi karena menolak takdir, aku menangis karena melihat ratusan orang menyambut kedatangan mu, berebut ingin mengangkat peti keranda mu, terisak tangis melihat jasad mu, begitu banyak orang kehilangan mu, teman mu, rekan mu, mungkin juga musuh mu. Mama, melihat orang yang begitu ramainya menyolati mu, menyambut mu, menghantar jenazah mu, membuat aku bangga pada mu, bangga menjadi anak mu. Maka, tangis ku kini adalah tangis haru atas ratusan jamaah yang hadir menyelenggarakan jenazah mu.

15 November 2016

Mama, mau kah kau aku kisahkan tentang aku, tentang kami, tentang keluarga kita selepas kepergian mu?
Mama, duka itu masih terasa. Terkadang, di penghujung malam aku terisak, menahan beban yang kau tinggalkan. Bukan, bukan karena beban itu mama, tapi karena rindu. Aku rindu doa-doa mu di penghujung malam yang tak sengaja aku temukan engkau menangis dalam tadahan tangan mu.
Mama, kau tinggalkan aku dan "amanah" adik-adik. Kini, aku berusaha menjadi seperti mu, menahan kerasnya hidup dan hanya menumpahnya dalam tangis bersama Rabb ku.
Mama, kami di sana berbahagia. Berharap engkau pun berbahagia disana. Perlahan, kami pulihkan hati, benahi keadaan seperti sedia kala. Semua berjalan sebagaimana engkau masih ada. Meskipun sekali dua kami berujar "kalau ada mama, pasti ini akan begini". Andai kami masih banyak.
Mama, perlahan semua anak mu belajar mandiri. Ingin rasanya menangis, ketika melihat si bungsu tetap diam di asramanya, meski kebutuhannya kurang, tak pernah ia mengadu, sebagaimana ia mengadu kepada mu dulu, ia bukan si bungsu manja-manja mu, ia tumbuh menjadi begitu tegar, begitu lelaki. Banggakah kau mama??
Gadis mu yang paling kecil pun kini mulai mandiri, mampu menghasilkan duit dan menabung untuk dirinya sendiri, sedih rasanya mama. Tapi semua atas ajaran dan didikan mu.
Mama.. semua sudah berangsur pulih, hati kami, kesedihan kami berangsur pulih. Keadaan berangsur membaik, kami sudah mulai terbiasa.



Allahuyarham, Mama.

Dengan Sejuta doa, Semoga Allah melapangkan kubur mu, menerangkan kubur mu, menjauhkan mu dari siksa kubur, mengharamkan tubuh mu dari siksa neraka, menempatkan mu di barisan para pewaris syurga, mengumpulkan kita sekeluarga di Jannah-Nya.
Mama, selamat bertemu dengan jundi-jundi mu yang sudah mendahului kita semua.
Semoga kita sekeluarga Allah himpun kembali di Syurga-Nya.

Allahumaghfirlahaa, warhamhaa, waafihi wa'fu anhaa



Wednesday 24 February 2016

promise anytime you call me
It don't matter where I am
I'll always be there, like you've been there
If you need me closer, I'll be right over
I swear, I swear

Every time that I need you by my side
Every time I lose my way in life
You're my circle of life, compass and guide
There behind me
And one day when the tables finally turn
And it's me you're depending on
I'll put you first, hold you close
Like you taught me
Know that I'll be there for you, for you

Sepenggal lirik lagu, I Promise Harris J.

Hanya lirik lagu, tak lebih. Tak lebih aku mampu berbuat. Tak seindah lirik lagu, karena aku tak mampu langsung berada di sebelah mu di saat susah mu. Sejuta cerita bakti seorang anak kepada bunda aku baca, tak berarti apa, aku tak bisa berbuat lebih seperti di cerita. Untuk hadir langsung disebelah mu saat sakit mu kini saja aku belum mampu, Ibu. Maafkan aku, yang lebih banyak menyatakan cinta di dunia maya daripada menunjukkan perbuatan di dunia nyata. Sungguh Aku menyayangi mu lebih besar dari dunia. Segera sehat. Segera pulih. Semoga Allah mengangkat semua sakit mu tanpa sakit sesudahnya. Aku rindu ceria mu ibu. Aku rindu. Sungguh jarak ini membuat ku merasa bakti ku kurang kepada mu.