Sunday 7 December 2014

si anak rantau

hampir habis tahun 2014, aku masih belum menjadi apa-apa2, bahkan masih banyak catatan harian yang hanya menjadi catatan tanpa aku torehkan. Di awal tahun 2014, aku sempat berencana, untuk rajin menulis, menulis apa saja, agar kelak bisa ku kenang dua, tiga, lima hingga sepuluh tahun mendatang.
dan, yaaah.. begitulah aku, dgn semua hal yang terlalu gampang aku lupa, maka niat ku untuk menulis sepanjang tahun, hanya sekedarnya saja.

oke, cerita ini kita mulai dengan baru saja selesainya aku membaca twit dari mas Alit Santoso di @shitlicous, twit tentang anak rantau yang mebuat aku aaarrrgghh.. rindu akan pulang k rumah.
sebagai perantau pemula, maka wajarlah aku merindu terlalu sering, meskipun sebenarnya aku masih dalam satu wilayah provinsi dgn kedua orang tua ku, hanya keterbatasan transportasi yang membuat semuanya terasa jauh, maklumlah kini aku tinggal di kepulauan, harus menempuh darat dan laut untuk bisa bertemu kedua orang tua.
baik, kita kembali tentang twit nya @shitlicious ttg anak rantau. Ada banyak hal yang akan menjadi kerinduan anak rantau, seperti rindu omelan ibu, rindu rebutan remot tv dgn adik, rindu di perintah-perintah untuk makan, ah, segala kerinduan yang mungkin terlihat lebai bagi kalian yang tidak merasakannya.
kata mas alit, maka peluk lah orang tua kalian sebelum nanti nya hanya pusara yang dapat kalian peluk. Atau ucaplah kata cinta pada mereka sebelum akhirnya kata cinta itu hanya sia-sia krn mereka sudah tiada.
jalan 5 bulan di perantauan, membuat aku belajar banyak hal ttg ari keluarga, ttg mengucap kalimat cinta pada ayah bunda, tentang bertanya kabar orang tua.
mungkin asing bagi ku dulu nya, aku si anak batak, yang tak pandai bermanis kata, berlembut tutur bahasa, aku si anak batak dgn segala ketegasan bahasa dan tutur kata. Tak pandai aku berlemah lembut, bertanya "mama sudah makan?" - ketika aku berada di luar kota. tapi tidak kini, aku berani bertanya pada bunda "mama, sehat? sudah makan? makan pakai lauk apa tadi?" sekedar basa basi ringan, yang mungkin basi. tapi aku merasakan aku kini menjadi sosok yang tak lagi labil yang jauh lebih berani untuk berucap "I LOVE YOU MA" atau "I LOVE YOU PA"
rantau merubah pola pikir ku, untuk dapat bersenda gurau dgn bunda dgn yanda, meski hanya di telpon.
benarlah aku si anak rantau, yang selalu merindu kenyamanan rumah. 

0 comments:

Post a Comment