Sunday 27 April 2014

Ternyata, Kita sudah beranjak dewasa..

Jadi ceritanya malam mini saya terbangun dan berhasil untuk tidak bisa tidur lagi sampe detik ini K. Lalu saya mencoba menulis tanpa terlintas ide akan menulis apa. Ah, apa saja, yang penting saya harus bisa menulis. Simple saja. Lalu saya teringat cerita sore tadi pada bersama sahabat.
“Kalau saja kamu tau yang realita yang ada, Hidup ku sudah seperti di sinetron” demikian sebutnya saking tidak bisa menggambarkan betapa teriris hatinya saat ini. Ibunya baru saja meninggal.-betapa saya ingin sekali memeluknya ketika mendengar berita kematian ibu nya yang ia hanya bisa temui jasad ny sudah terbujur, tanpa sempat ia meminta maaf.
Mengalirlah cerita nya tentang bagaimana keadaan keluarganya saat ini, ketakutan nya akan masa depan ia dan adikadik nya. Cerita punya cerita ayah nya beristri dua, cerita ini sudah aku tau semenjak zaman di SMA dulu, namun ternyata kisah ini semakin pelik seiring brtambahnya usia kami yang kini beranjak dewasa. Ia bercerita bahwa “perempuan” yang ayahnya nikahi tanpa restu ibu, ia dan keluarga nya itu seperti momok kehidupannya saat ini. Di satu sisi ia tak ingin menjadi anak durhaka dengan mendikte ayahnya bahwa ia bisa mengatur keluarga kecil mereka tanpa “perempuan” itu.
Cerita nya tersendat di tenggorokan tak mampu ia tahan, mengingat bagaimana sakitnya ibunya yang dimadu, bagaimana ayahnya yang tak peduli lagi pada mereka karena sudah memiliki “perempuan” baru, ayahnya hanya seperti menjalankan  kewajiban untuk memberi setoran bagi pendidikan anak-anaknya, dan kini setelah ibu tiada “perempuan” ayahnya itu ingin mengelola keuangan ayahnya secara utuh, dan ia merasa kondisi ini sangat menyulitkan karena pendidikan dokternya yang sedang berada di akhir-akhir penyelesaian yang pasti akan butuh biaya banyak. Keadaannya terancam dengan ayah yang sudah menyatakan tak mengizinkannya menjalankan amanah ibu nya untuk menjaga ayah dan adik-adiknya . Aku mengira masalah keluarga nya tak sepelik itu.
Aku sejenak terdiam, aku masih beruntung, masih memiliki ibu cerewet, masih memiliki ayah yang meskipun aku merasa kadang beliau tak maksimal dalam usaha, namun beliau setia, tidak mendua, memberikan semua yang ia punya. Aku beruntung masih memiliki ibu yang terkadang aku merasa terlalu ribut dengan masalah keuangan keluarga yang membuat aku sakit kepala harus ikut memikirkannya. Dari sini aku tersadar bahwa ternyata kami tak lagi remaja, yang tidak lagi haha hihi kemana-kmana-mana. kami sudah dewasa dengan memikul masalah yang bebeda, masih dengan judul sama, amslaah keluarga. Ternyata kami sudah beranjak dewasa ,sudah merasakan sulitnya menjadi dewasa dengan setiap masalah, masalah kehidupan dengan tingkatan yang berbeda, tergantung dari segi mana kita melihat.
Dan pada akhirnya Allah pasti memberi ujian. Ujian sebatas kemampuan hamba-
Kita sudah semakin dewasa
Nya. Menguji keimanan, agar kelak mendapat kepantasan.

Salam malam-

0 comments:

Post a Comment